Beranda

Langsung ke konten utama

Review WHEN THE WEATHER IS FINE; Menyembuhkan Luka dengan Cara yang Indah



Sebagai penggemar berat Lee Jae Wook dan ikutan patah hati cinta Baek Kyung ditolak Dan Oh, aku tentu saja nggak bisa melewatkan When The Weather is Fine yang hanya berjarak beberapa bulan saja dengan Extraordinary You. 

Yep, si dedek manis ini, tanpa memberi jeda panjang langsung mengonfirmasi keikutsertaannya dalam drama yang dibintangi oleh duo lead Seo Kang Joon dan Park Min Young. Padahal tim Baek Kyung masih harus menata hati setelah lelah menonton pedihnya cinta sepihak si tsundere ini. 

Tapi wait a minute. Karakter Jae Wook di drama barunya rupanya berbeda pemirsah!

Doi menanggalkan wajah galak Baek Kyung plus status sadboy nya, dan tersenyum cerah secerah mentari. 

Wo wowowowo. Aku harus nonton!

Dan ternyata, setelah nyoba nonton dramanya, aku nggak hanya dibuat jatuh cinta sama Lee Jang Woo yang--ternyata--banyak omong, tapi juga seketika menyukai semua aspek drama ini!

PLOT

Cerita dimulai dengan indah ketika Hye Won (Park Min Young), dengan koper besar di tangan, berjalan menyusuri jalan perkampungan Hyeochon. Tujuannya adalah penginapan Hodu di ujung tanjakan, rumah neneknya, yang sudah lama ditempati sang bibi.

Di tengah jalan, ia berhenti, dan mengintip dari jendela, satu bangunan baru; Toko Buku Good Night milik Lim Eun Sop (Seo Kang Joon).

Bangunan apa penginapan baru nih? Ntar nyaingin penginapan Hodu lagi.

Sementara itu, di tempat lain, tingkah laku dan gerak-gerik Hye Won itu diamati oleh sepasang mata menawan milik Eun Sop. Sejak gadis itu mengintip toko bukunya, dan tiap langkah kaki Hye Won meniti tanjakan. 



Ada apa nih ada apa? Kok dia menatap dengan penuh perhatian begitu?

Jadi Hye Won ini kerja di Seoul sebagai guru selo. Tapi dia memutuskan untuk 'lari' ke Hyeochon lantaran masalah yang dihadapinya di lembaga kurus membuatnya sesak. Dan karena tinggal lama di Seoul, dia sudah lama tidak bertemu dengan teman SMAnya, termasuk Eun Sop.

Mereka ini sebenarnya sekelas dulu di SMA, tapi nggak dekat-dekat banget. Hye Won hanya menganggap Eun Sop sekedar teman sekelas. Tapi Eun Sop kebalikannya. Doi udah jatuh hati pada Hye Won sejak lama, masih sampai saat ini, ketika mereka dipertemukan lagi.

'Pulkam' nya Hye Won inilah yang akhirnya membuat hubungan mereka perlahan lebih dari teman. Di sisi lain pula, rupanya kali ini Hye Won harus berhadapan dengan fakta menyakitkan serta dipaksa untuk membasuh luka-luka masa lalu yang ia punya.

REVIEW

Drama ini calming, dari semua aspek!

Pertama, visualisasi alam dan suasana. Kalau kamu pernah nonton film-nya Kim Tae Ri berjudul Little Forest, atau video youtube nya Liziqi, gadis petani dari dataran Tiongkok, drama ini persis ngasih perasaan calming yang sama.

Bahkan dari awal episode pertama, kita disuguhkan oleh indahnya pemandangan Hyeochon. Cicitan burung, sepuhan putih salju, tetesan kopi yang diseduh Eun Sop, syahdunya rintik hujan.

Duh, rasanya aku ingin masuk layar dan tinggal disana!

Mengendarai sepeda sesorean menikmati desau angin, menghabiskan waktu di toko buku Good Night, ngobrol asik bareng Jang Woo dan teman-teman alumni SMA Hyeochon.

Nonton drama ini seperti nggak punya masalah hidup di real life saking calmingnya.

Tjakep banget 😭

Kedua, When the Weather is Fine adalah surga bagi para pecinta buku dan sastra!

Selain lingkungan Hyeochon yang jadi pusat utama, toko buku Good Night milik Eun Sop juga salah satu lokasi penting. Interiornya sederhana, tapi hangat. Dan bayangkan bookstore ini dikelilingi oleh tumpukan salju.

Wuwuwuwu 😍

Eun Sop secara kreatif juga mengadakan gathering rutin di ruang tengah. Siapapun pecinta buku boleh jadi anggota. Mereka akan berdiskusi tentang isi buku, atau mengutip kalimat dari buku tentang satu tema, atau bergantian bercerita. 

Selain itu, nanti di episode kesekian juga diadakan pameran kecil-kecilan di depan balai desa. Anggota perkumpulan ToBu Good Night bakal buka stan, dan 'menjual' kemampuan masing-masing. Termasuk sale buku-buku milik Eun Sop.

Bicara soal sastra, aspek ini yang mendominasi di seluruh episode. Kayaknya novel yang jadi based story drama ini kental aspek sastranya.

Banyak kutipan puisi, sajak dan kisah. Bahkan dialognya pun kadang begitu. Di epilog tiap episode juga ditampilkan tulisan pendek di blog Good Night milik Eun Sop yang mendayu dan nyaman banget dibaca.

Setiap kata serta kalimat sastrawi drama ini pun relate dan berasa nyes gitu di hati. Jadi kita kayak dibawa merenungi hidup dengan cara yang indah.


Ketiga, perpaduan sinematografi dan penjiwaan karakter, yang berhasil menyampaikan emosi dengan kuat.

Seperti saat Hye Won mau pulang ke rumahnya di ujung tanjakan pasca pulang kerja di toko buku. Jalan itu gelap gara-gara lampunya mati. Dengan sikap hangat dan tanpa diminta, Eun Sop selalu nganterin Hye Won dengan senter di tangan.

Scene ini ada beberapa kali konteks, tapi aku paling suka ketika Hye Won pulang dan doi tersenyum lebar lihat sinar senter dari belakang kakinya. Pasti Eun Sop nih yang tanpa kata nyusul mau nganterin.

Entah shoot kamera atau editan di bagian ini, munculnya Eun Sop dibuat sedikit slow motion yang bikin efek dramatis sekaligus romantis. I love it!

Akhirnya diem-diem benerin lampu tengah malem biar Hye Won nggak pulang gelap-gelapan


Perhatian-perhatian kecil itu pula, yang akhirnya membuat Hye Won perlahan suka sama Eun Sop. Konflik serta luka yang Hye Won alami selama ini bikin doi 'kedinginan'.

Dan sikap hangat yang ditunjukkan Eun Sop, membuatnya merasa masih ada 'tempat' nyaman untuk bersandar. 

"Saat aku di sampingnya, aku merasa hangat seperti ketel di atas kompor." (Mok Hye Won)

Satu kekurangannya menurutku ada di jeda antar adegan. Saking detail, calming, dan nyastra, kadang mau ganti scene itu lamaaa. Kayaknya kamu bahkan bisa dibuat ngantuk 😂.

Jadi drama ini bisa jadi nggak cocok buat kamu yang nggak demen slow-slow an. Kalau nontonnya pake mode speed 2x mungkin lumayan membantu. 

Lee Jang Woo!


Selebihnya, When the Weather is Fine recommended. Apalagi kamu yang suka banget buku. Wah, maybe kamu juga akan bercita-cita punya toko buku sendiri di lokasi yang calming, nyeruput kopi tiap pagi sambil menikmati alam dari balik jendela, dan spend our time like forever.

Duh masyaallah, surga dunia itu mah ❤🤤

TRAILER








Komentar